Pelepasan Tukik atau anak Penyu di Pantai Karas, Pulau Galang |
BATAM - Menghindari punahnya Penyu yang ada di Perairan Pulau Galang, para wisatawan bersama pengelola kawasan wisata pantai Pulau Karas Kecil ataupun Pulau Lampu (nama awal) di Kecamatan Galang, melepaskan Tukik (anak penyu) ke laut, Sabtu (30/10/2020), sore.
Pelepasan tukik yang dihasilkan pihak pengelola pantai tersebut, merupakan bentuk kepedulian terhadap kelestarian biota dan ekosistem laut, agar tidak punah.
Busri, Pengelola Destinasi Pantai Pulau Karas Kecil menerangkan, keberadaan tempat penyu bertelur di pulau tersebut telah cukup lama. Sehingganya menjadi perhatian baginya, untuk tetap dilindungi dan dilestarikan.
"Tiap Penyu bertelur di Pulau Karas Kecil ini, sekali dalam setahun. Yaitu, di Bulan Mei, saat Musim Angin Selatan, datang dari lautan bebas," ungkap Busri, Sabtu sore, sambil menunjuk ke tengah laut.
Setiap musim bertelur tersebut, sebutnya
Penyu yang naik ke Pulau Karas Kecil ini sekitar 8 hingga 12 ekor, sekitar dini hari saat sedang pasang laut naik.
"Nah, setelah bertelur Penyu itu kembali ke laut, dan meninggalkan telur telurnya dalam sarang yang lebarnya, berkisar 20 hingga 25 cm persegi, yang kedalaman tanah galiannya, hingga 30 cm. Dengan jumlah telur Penyu mencapai sebanyak 120 - 140 butir, perinduk," jelas Busri.
Berikutnya, ungkap Busri, inilah menjadi peran saya bersama keluarga untuk bisa melakukan pengawasan serta menjaga, agar seluruh telur penyu tersebut, dapat terlindungi hingga bisa menetas dengan baik, dari gangguan predator predator.
"Hampir setiap harinya, kami melakukan pengawasan sarang telur telur Penyu ini, agar tukik segera menetas dengan baik, siang dan malam, dari gangguan hewan dan predator lainya di Pulau Karas Kecil ini, hingga telur dapat menetas dengan baik. Meskipun, dengan biaya lumayan," ungkapnya.
Penetasan telur menjadi tukik, paparnya berkisar selama 50 hari. Bahkan, hingga selama 60 hari, seperti pada tahun 2020 ini.
"Yakni, dengan total telurnya sebanyak 506 butir, dari 4 ekor induk penyu yang bertelur pada Bulan Mai 2020. Namun, telur penyu yang menetas dengan baik, hanya sebanyak 500 butir dengan hasil tukik sebanyak 500 ekor. Sedangkan 6 butir telur lainnya gagal untuk menetas, sehingga harus di buang," terang Busri.
Adapun sistim induk penyu itu bertelur, terang Busri, induk penyu itu masuk dari setiap bibir pantai terutamanya dari sisi pantai sebelah selatan. Lantaran, Pulau Karas Kecil terhampar pasir putih landai yang luas. "Sehingganya dengan mudah induk penyu naik ke darat," terang Busri.
Penyu, ujarnya, merupakan spesies yang langka dan harus dilestarikan agar tidak punah karena persaingan hidup maupun oleh ulah manusia.
"Penyu sudah ada selama lebih dari 100 juta tahun silam dan kini keberadaannya di bawah ancaman. Sehingga termasuk satwa laut yang harus dilindungi negara agar tidak punah," kata pengelola Pantai Pulau Karas Kecil ini, dengan bijak.
Sebab, jelasnya, enam dari tujuh spesies penyu yang ada di seluruh dunia, saat ini diklasifikasikan sebagai satwa terancam yang punah. Lantaran aktivitas manusia yangkian mendorong keberadaan penyu akan semakin dekat dengan kepunahan.
"Bagaimana tidak, setiap datang musim bertelur, telurnya habis diambil manusia untuk di konsumsi. Sementara penyu itu hanya berkembang biak sekali setahun," papar Busri.
Begitu juga dengan tukik tukik ini, sebut Busri, setelah kembali ke laut tukik tidak mudah untuk dapat bertahan hidup, dari predator lautan.
"Sejak menetas serta kembali ke lautan, tukik atau penyu kecil harus bisa untuk bertahan hidup dengan sendiri terhadap serangan pemangsa. Baik itu ikan serta burung elang," imbuhnya.
Makanya, ungkap Busri, dirinya melakukan pelepasan tukik-tukik ini pada sore hari, sehingganya mengurangi para predator yang datang mengancam nyawanya.
Dikatakan Busri, selama 4 tahun terakhir upaya pelestarian penyu dan tukik telah dilakukanya dengan sabar dan hati hati. Sehingganya membuahkan hasil cukup baik atas upaya yang dilakukan secara iklas, guna pelestarian satwa langka itu.
"Sejak 4 tahun terakhir, ada sekitar 2 ribu ekor tukik yang sudah kami lepaskan ke laut, dengan suatu harapan penyu penyu bisa berkembang di alam bebas dengan baik. Sehingga keberadaannya diketahui hingga ke anak cucu," papar Busri.
Termasuk dengan keberadaan destinasi wisata Pantai Pulau Karas Kecil ini, kami akan berupaya dalam mengembangkan jadi sebuah objek wisata, yang berperan untuk menjaga kelestarian alamnya dan biota biota laut lainnya.
"Destinasi Wisata di Pantai Pulau Karas Kecil bukan saja hanya untuk berwisata, akan tetapi juga menjadi wisata sejarah, kelestarian alam dan satwa langka yang harus kita lindungi. Terutamanya, untuk tukik tukik, burung burung dan biota laut lainnya," ucap Busri.
Dengan demikian, pungkasnya, destinasi wisata Pulau Karas Kecil ini juga mampu menjadi Objek Wisata Pendidikan, untuk generasi muda ataupun pihak yang akan melakukan sebuah observasi klestarian
ekosistem dan satwa laut.
"Dari itu kami berharap dukungan semua pihak agar kelestarian biota laut tukik ini dan ekosistem lainnya, bisa dijaga serta dilindungi untuk dengan bersama," tukas Warga Pulau Karas Besar ini.
Wisatawan Adi bersama Adip serta anak anaknya mengungkapkan sanga senang bisa melepaskan tukik tukik itu kembali ke laut yang berjalan dengan lambat dan di hempas gelombang lautan.
"Kami sangat senang. Karena selama ini dapat hanya melihat di televisi, dan saat ini kami bisa melakukanya sendiri," kata Alif, wisatawan dari Batam Center.
Selain itu, imbuhnya, pelepasan tukik ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi generasi kita agar mereka pengetahuan terkait satwa langka yang dilindungi dan kelestarian alam.
"Kami senang dan bangga, apa hal yang telah dilakukan oleh pengelola destinasi wisata pantai Pulau Karas Kecil ini untuk kelestarian alam serta satwa. Sehingga, bagi wisatawan lokal dan mancanegara, bisa menikmati liburan dengan menjaga kelestarian alam, lingkungan serta biota laut lainnya," ungkap Adip dengan puas.